tetes bening luruh diwajah klasiknya
pun genggaman tangannya kian mengencang
meremas dingin kekakuanku
lama dia terdiam
menggantung tanya menunggu jawab
“aku korban kepalsuan” bisiknya lirih
“jawab sayang, maukah kau memaafkan dan memberi aku satu kesempatan lagi untuk perbaiki salah yang pernah kuperbuat padamu ?”
“aku mencintaimu dan kamu tahu itu…” katanya lagi sambil terus menggenggam tangan dinginku
Ahh, tuan
betapa ingin kuhapus bening ditelaga indah matamu
seperti dulu, ingin ku dekap sesalmu dan melupakan luka
tapi cengkraman tangan, tatapan dan kesungguhanmu hembusan dingin angin
sadarkan aku betapa semua sandiwara ini telah begitu sering kau ulang
dan sungguh gigilnya pecahkan beku leluka
nyeri purba kembali terasa
“lupakan semua” suaraku datar seraya melepas genggamannya
“lupakan salah lalu, aku sudah memaafkannya” ahh, bukankah memang selalu begitu ?
“pun lupakan kesempatan itu, sungguh maaf aku ragukan tulusmu”
Sesaat dia terpana tak menyangka jawabanku, ahh kau masih saja begitu selalu percaya bahwa aku tak mungkin mampu menolakmu, bahwa cintaku akan selalu mengerti dan memaafkanmu…
“aku tahu, aku tak pantas…” tatapannya kuyu menikam
“tapi sayang, aku tak bisa mengingkari ini…dengan siapapun aku pergi, kamulah yang terus mengisi ruang hati”
“dan kesadaran akan perbedaan kitalah yang memaksaku tuk pergi menyakitimu…kamu tahu itu ?!…”
Hatiku bergetar ketika dia menunduk dan perlahan berdiri melangkah pergi
rasanya ingin berlari dan meneriakkan namanya berkali-kali, tapi kakiku kaku mulutku bisu
hanya tetes yang perlahan meluruh dari kedua mataku.
entah berapa lama aku terpaku, terdiam kepalkan tangan…
Senja begitu indah menyapa saat mendung masih bergelantung melebamkan hatiku
Aku tengadah menatap jingga, coba tersenyum meski pahit terasa
Entah bagaimana aku tahu karena keputusanku ini, kelak manislah yang akan terkecap
Tuhan, sungguh terimakasih tuk kekuatan yang kau beri
kekuatan tuk melangkah dijalan terjal ujianmu
kekuatan tuk membiarkannya pergi...
……….
mungkin benar kali ini kau korban kepalsuan
tapi sungguh tak akan kubiarkan diri
jadi korban kepalsuanmu lagi !
tuan,
jangan ragukan ketulusanku padamu
hanya
aku tak ingin kau kecewakan lagi
karena pasti
akan timbulkan dendam yang tak termaafkan
samar kudengar lagi ucapannya sebelum pergi meninggalkanku dulu
“aku kira kita bisa, tapi ternyata aku tak bisa”
dan kau tinggalkan aku dengan hujanan Tanya juga ketidak mengertian.
bukankah kita sama tahu perbedaan kita dan sama bertekad tetap bersama menjaga rasa meski sejuta aturan dunia melarangnya.
entah berapa kali kita terpisah dan kau selalu kembali lagi, tapi tuan sungguh kali ini aku tak bisa membiarkan mu mengecewakanku sekali lagi.
Ahh, mungkin memang cinta kita tak mampu menembus seribu satu aturan yang dibuat takdir tuk memisahkan kita…
Pun begitu tak akan kubiarkan kepalsuan demi kepalsuan menjadi kambing hitam ketidakberdayaan kita melawan takdir.
Dak, Mei 2012
Sampai sebegitukah hati yang pecah ?
BalasHapusSeperti senja yang senang kau tatap, kemudian menjadi malam dan kelam.?
Salam