Selasa, 22 Mei 2012

Takdir & Kepalsuan

tetes bening luruh diwajah klasiknya
pun genggaman tangannya kian mengencang
meremas dingin kekakuanku
lama dia terdiam
menggantung tanya menunggu jawab
“aku korban kepalsuan” bisiknya lirih
“jawab sayang, maukah kau memaafkan dan memberi aku satu kesempatan lagi untuk perbaiki salah yang pernah kuperbuat padamu ?”
“aku mencintaimu dan kamu tahu itu…” katanya lagi sambil terus menggenggam tangan dinginku

Ahh, tuan
betapa ingin kuhapus bening ditelaga indah matamu
seperti dulu, ingin ku dekap sesalmu dan melupakan luka
tapi cengkraman tangan, tatapan dan kesungguhanmu hembusan dingin angin
sadarkan aku betapa semua sandiwara ini telah begitu sering kau ulang
dan sungguh gigilnya pecahkan beku leluka
nyeri purba kembali terasa

“lupakan semua” suaraku datar seraya melepas genggamannya
“lupakan salah lalu, aku sudah memaafkannya” ahh, bukankah memang selalu begitu ?
“pun lupakan kesempatan itu, sungguh maaf aku ragukan tulusmu”
Sesaat dia terpana tak menyangka jawabanku, ahh kau masih saja begitu selalu percaya bahwa aku tak mungkin mampu menolakmu, bahwa cintaku akan selalu mengerti dan memaafkanmu…
“aku tahu, aku tak pantas…” tatapannya kuyu menikam
“tapi sayang, aku tak bisa mengingkari ini…dengan siapapun aku pergi, kamulah yang terus mengisi ruang hati”
“dan kesadaran akan perbedaan kitalah yang memaksaku tuk pergi menyakitimu…kamu tahu itu ?!…”
Hatiku bergetar ketika dia menunduk dan perlahan berdiri melangkah pergi
rasanya ingin berlari dan meneriakkan namanya berkali-kali, tapi kakiku kaku mulutku bisu
hanya tetes yang perlahan meluruh  dari kedua mataku.
entah berapa lama aku terpaku, terdiam kepalkan tangan…

Senja begitu indah menyapa saat mendung masih bergelantung melebamkan hatiku
Aku tengadah menatap jingga, coba tersenyum meski pahit terasa
Entah bagaimana aku tahu karena keputusanku ini, kelak manislah yang akan terkecap
Tuhan, sungguh terimakasih tuk kekuatan yang kau beri
kekuatan tuk melangkah dijalan terjal ujianmu
kekuatan tuk membiarkannya pergi...

……….
mungkin benar kali ini kau korban kepalsuan
tapi sungguh tak akan kubiarkan diri
jadi korban kepalsuanmu lagi !
tuan,
jangan ragukan ketulusanku padamu
hanya
aku tak ingin kau kecewakan lagi
karena pasti
akan timbulkan dendam yang tak termaafkan

samar kudengar lagi ucapannya sebelum pergi meninggalkanku dulu
“aku kira kita bisa, tapi ternyata aku tak bisa”
dan kau tinggalkan aku dengan hujanan Tanya juga ketidak mengertian.
bukankah kita sama tahu perbedaan kita dan sama bertekad tetap bersama menjaga rasa meski sejuta aturan dunia melarangnya.
entah berapa kali kita terpisah dan kau selalu kembali lagi, tapi tuan sungguh kali ini aku tak bisa membiarkan mu mengecewakanku sekali lagi.

Ahh, mungkin memang cinta kita tak mampu menembus seribu satu aturan yang dibuat takdir tuk memisahkan kita…
Pun begitu tak akan kubiarkan kepalsuan demi kepalsuan menjadi kambing hitam ketidakberdayaan kita melawan takdir.


Dak, Mei 2012

Jumat, 20 April 2012

DaLam Sangka'anKu

Teringat kejadian yang memanaskan ingatan, ketika seorang wanita tibatiba menyerang
menuduhku yang bukan-bukan. Lewat telp, sms bahkan inbox dijejaring social
terror yang sungguh tak beralaskan
Sebenarnya sudah masuk hitungan keterlaluan, bahkan harusnya bisa kuperkarakan, bikin somasi kepengadilan, tapi aku juga bingung kenapa bisa sabar...
Menghadapinya dengan tenang dan sodorkan fakta tanpa peduli dia percaya atau tidak.
Masalahpun akhirnya selesai.

Anehnya setelah lewat baru marahku datang...
Mungkin juga karena isengku membaca ulang inbox dan sms-sms kami kemarin
hmm benarbenar emosi yg terlambat !

lalu kutumpahkan kesalku ke Diary, kutulis betapa bodoh dan tololnya aku menerima caci maki dan membiarkannya lepas tanpa membalas.
Duhh…Diaryku seperti tak peduli, membuat makin jengkel hati
... tapi lalu Diary kirim pesan begini...
" bukankah itu sudah lewat...
Aku hanya tak mau kakimu terjerat hal remeh-temeh
apalagi sampai hati terbakar api kecil yg ga penting "

Akupun terdiam...dalam panjang lamunan
Ya...bagaimana mungkin kubiarkan api kecil membakarku ?
Pun seandainya api harus membakarku, tak kan kubiarkan hatiku hangus mengabu

…………….
Sebulan berlalu setelah semua kesalahpahaman berakhir baik, tapi wanita itu tak lagi telp atau sms meski dia menerima tawaranku untuk menjalin pertemanan.
Siang ini aku sadari, pun dijejaring sosial dia sudah memblokirku…
Ahh lucunya...

Dalam sangka’anku
Wanita itu malu oleh sopanku
Atau
Wanita itu takut tuduhannya
Kujadikan nyata sekalian !

Hmm…
Ini dalam sangka’anku yach   J


Dak,  April 2012

Selasa, 24 Januari 2012

Palsukan Bahagia

# 1

Menggenggammu adalah ingin yang tak dapat ku tepis
pun meski terus teteskan perih

...dan kan ku tanggung rasa ini

Dari balik jendela bus yang ditumpanginya Senja  asik sendiri menikmati gedung-gedung terotoar dan pepohonan yang berjalan pelan di kemacetan pagi Jakarta yang lumayan padat merayap.
“ Mampang-Mampang...ayo yang Mampang Prapatan mumpung macet”
Teriakan kondektur bus membuatnya mengalihkan pandangan dari jalan kearah kondektur yang berteriak-teriak cempreng tanpa nada itu kemudian dia menatapku tanpa ekspresi dan aku hanya menatapnya balik. Lalu tanpa bicara dia berdiri dan mengetukkan tanggannya ke langit-langit bus kota yang ditumpanginya.
Seperti kemarin-kemarin, tidak ada kepanikan ataupun kebingungan meski dia tahu dia telah salah lagi naik bus.

Begitu turun dari bus Senja langsung menyeberang jalan dan naik bus yang membawanya kembali keterminal Blok M. Ahh, bahkan dia tidak berusaha menghubungi Anna teman kantornya untuk memberitakan keterlambatannya pagi ini.
“ Ja...kamu akan terlambat lagi, tidakkah sebaiknya telp atau sms Anna “
jawabannya hanya gelengan pelan tapi pasti dengan pandangan tetap jauh menerawang keluar jendela bus.

Bulan ini sudah 5 kali Senja salah naik bus dan beberapa kali dia turun jauh terlewat dari kantornya. Dari terminal Blok M dia seharusnya naik Metro mini 610 jurusan Blok M – Pondok Labu tapi hari ini dia naik Metro mini 75 jurusan Blok M – Pasar Minggu, ini masih mending masih sama-sama metro mini bus berwarna orange karena beberapa hari yang lalu dia naik si hijau Kopaja 57 jurusan Blok M – Cililitan.

“ Ja, mikir apa ?... “ tanyaku akhirnya
“ gak ada... ”
“ ayolah Ja, jangan terus larut begini “
Senja menghela nafas panjang dengan pandangan tidak berubah, keluar jauh kaca jendela bus, kalau sudah begini aku kembali ke asalku...menemaninya dalam diam, diam dan diam.
kami pun kembali  asik dengan imaji masing-masing. Senja dengan kekosongannya dan aku dengan takdirku menatap lekat  Senjaku.

Sepi...
adalah kepalan tangan ku
yang menggenggam bayangan mu
lengkap bersama cinta, benci, rindu, luka, doa juga kutukan



#2

Tak apa,...
Teruslah tebar kepalsuan itu,
Meski goresan luka di bening fatamorgana ke 2 matamu menyangkalnya


Anna tersenyum tanpa komentar menyapa Senja yang 35 menit terlambat dari jam masuk kantor  Senja menjawab sapa sahabatnya itu dengan senyum dan mengankat bahu
“ well...let me guess, sopirnya pasti ganteng jadi kamu lupa turun dan kebablasan sampe pool metro mini ? “
Senja tertawa dan menghampiri sahabatnya itu lalu mencium kedua pipi gembul Anna, merekapun berpelukan seperti kawan lama yang bertahun-tahun tidak bertemu.
“tepat sekali !...sayangnya tadi aku gak sempet  ambil gambar si ganteng buatmu”
“aihh kejamnya, padahal kamu sudah ku absenin tadi !”
mereka berdua pun tertawa bersama, aku tersenyum kecut menyaksikan sandiwara yang tak pernah usai ini. Mau sampai kapan ?...desahku cukup kuat membuat Senja mendengar dan memandangku dingin. Giliran aku yang menunduk tak kuat memandang tatapan sepinya.

Baru saja Senja mendaratkan tubuhnya di bangku tiba-tiba Andi datang dan menyodorkan beberapa laporan yang harus dikerjakannya
“Cito harus hari ini selesai Ja, karena dana yang akan diajukan ini harus sudah keluar minggu depan”
“siap laksanakan boss...!” jawab Senja seraya menempelkan tangan kanannya kekening.
“hahahhaha, kupercayakan sepenuhnya padamu” kata Andi sambil mengacak-acak rambut kusut Senja.  Anna  melotot melihat sikap kekanak-kanakan mereka.
“udah ahh, berisik tahu...lagi pula Senja baru sampe udah dikasih laporan segedambreng gitu...”
“biarin aja Na, biar sekalian numpuk capeknya dia hehehehhehe”
“halah Na, ini mah kecil....ada lagi gak Ndi laporan si boss yang harus kelar tahun depan ? biar aku selesaikan rapih sekarang juga, maksud ku kurapihkan urutannya biar kamu gak bolak balik kaya setrikaan kasih aku kerja’an...hahahhaha”
“dasaarr !!!....”    

Ditengah canda hariannya itu tiba-tiba HP senja berbunyi, sebuah pesan singkat masuk. Senja menatap nomor si pengirim pesan  dengan gemetar dia membuka dan membacanya
“terima kasih untuk keputusanmu melepasnya dan aku mohon jangan pernah lagi bertemu abang”
Perubahan wajah Senja bukan tidak terlihat oleh Anna dan Andi, tapi mereka pura-pura tidak melihatnya dan terus asik berceloteh tentang kerjaan.
“duhh...panggilaan alam nech” celoteh Senja sambil memegangi perutnya serayah berlalu dari kedua sahabatnya itu.
“Bauuuu....” teriak Andi mengiringi kepergiannya
Senja berpaling  dan mengerling  “ sorry,  ditahan jadi penyakit  kalau gak suka silakan balikin hihiihihihi”
“Jorok...!!! “ kali ini yang berteriak Anna sambil menutup hidung mancungnya yang kadang membuat Senja iri.
“hahahahhaha...”
Dan Senjapun menghilang dibalik pintu toilet.
Sepeninggalan Senja, Anna dan Andi saling pandang dan berbarengan mereka menghela nafas panjang.

Begitu pintu toilet tertutup Senja langsung berjongkok disudut ruangan sempit itu dan mulai menangis...tanpa suara. Lima, sepuluh bahkan limabelas menit kemudian dia baru keluar dari toilet dengan wajah basah oleh basuhan air yang sengaja dilakukannya untuk menyamarkan merah matanya.
“Jiahhhh pantes lama, mandi toh di dalam sana” seloroh Anna begitu Senja keluar dan mulai duduk dikursinya.
“maklumlah tadi tertidur di bus, ga enak kalau nanti biggy bossy liat muka ku yang kaya orang bangun tidur hehehhe, ada tisyu Na ? mau donk”
Anna menggelengkan wajahnya sambil menyodorkan tisyu yang diminta
“dasar gak modal !” katanya sambil tertawa kecil
Senja hanya mengangguk sambil tersenyum kecil dalam hatinya dia berterima kasih pada dua teman sekerjanya yang begitu pengertian dengan masalah yang tengah dihadapinya saat ini.
  
Dan detik terangkai waktupun berjalan, tak terasa sehari lagi terlewati dalam kepalsuan hidup.


Tak apa,...
Tipulah luka dengan palsukan bahagia,
Asal kau tetap disitu dan terus bertahan...



Bersambung ...